Apa yang Harus dilakukan Pemuda

Pemuda, merupakan manusia dalam usia pertengahannya. Bukan kanak-kanak, bukan pula tua bangka. Banyak yang bilang ia kuat, gagah, penuh semangat, dan bisa diandalkan katanya. Ketika kanak-kanak dan lansia begitu lemah, pemudalah yang diharapkan untuk mengayomi bangsa. Pemuda pemudi tiadalah beda, mereka sama-sama diharapkan prestasinya. Indah bukan?

Namun kenyataan tak seindah itu kawan. Dunia kini suram. Akan kutunjukkan. Sekarang, apa yang terlintas di benak kalian ketika mendengar kata “pemuda”? Jika kalian masih terfikir tentang pemuda mempunyai prestasi yang gemilang, akan kutambahkan dua kata lagi dibelakangnya. “Pemuda Zaman Sekarang”. Bagaimana? Apa yang terlintas di benak kalian ketika mendengar kata “pemuda zaman sekarang”? Hp setiap hari? Main game tiap hari? Pemalas? Jarang mengerjakan tugas dari dosen? Always menyontek? Penipuan? Tawuran? Ya, bahkan ada yang lebih parah lagi, Miras dan Narkoba. Na’udzubillah min dzalik.

Suram bukan? Pernahkan kalian bertanya-tanya mengapa semuanya terjadi. Padahal zaman sudah semakin canggih, seharusnya pemuda menjadi lebih baik lagi. Pemuda dengan segala tanggung jawabnya, terhadap agama, nusa, dan bangsa seharusnya benar-benar bisa diandalkan. Mengapa semuanya tak seindah ekspektasi kita? Siapa yang salah? Siapa yang harus disalahkan? Pemuda-pemuda jahat itu bersalah? Ya,. Seharusnya kalian sadar, kalian pemuda, harus menjaga prinsip dan bersikap baik, harusnya kalian semangat buat belajar, harusnya kalian itu pinter-pinter.

Tapi kawan, jika kalian berpikir bahwa pemuda adalah satu-satunya pihak yang patut disalahkan, kalian salah. Kalian pikir pemuda tak ada hubungannya dengan anak-anak dan orang tua? Pemuda itu besar dulunya juga seorang kanak-kanak yang diasuh oleh orang tua. Maka apa yang terjadi di masa kanak-kanak mereka, itu sangat berpengaruh terhadap kepribadian mereka. Dan apa yang terjadi pada orang tua dalam mengasuh dan mendidik anaknya itu juga sangat berpengaruh. Jadi siapa yang salah,? Kawan. Semuanya saling terkait, anak-anak, orang tua dan pemuda adalah rantai siklus kehidupan.

Kita semua hendaklah berbenah, kalian tidak mau kembali ke zaman jahiliyah kan? Kalau begitu jangan bersikap jahiliyah! Pemuda memang labil, tapi jangan melampaui batas. Hidup ini ada batasnya, kawan.

Kawan, bukankah untuk memecahkan suatu masalah hendaknya kita mengetahui sebab musabab masalah itu timbul? Nah, begitu juga dengan masalah pemuda ini, mengapa mereka banyak yang bersikap buruk itu juga ada sebabnya. Dan berikut menurut saya sebab musabab keburukan sikap pemuda.

1. Masa kecil kurang bahagia

Aku tau, seorang anak yang sadar rasa nya kekurangan kasih sayang, kelak besarnya ia bisa menjadi lebih sayang pada anaknya, karena ia tau, tidak disayang itu rasanya tidak enak. Namun kekurangan kasih sayang sejak kecil, juga terkadang bisa mempengaruhi psikologis anak menjadi kaku. Anak yang tidak merasakan kasih sayang terkadang sulit pula membagi kasih sayang terhadap orang-orang disekitarnya. Termasuk dalam membantu orang-orang yang kurang mampu, menyumbangkan uang, dan sebagainya. Bahkan terkadang dia juga tidak sayang terhadap dirinya sendiri, misalnya tidak mau makan, nafsu makannya hilang, tidak mau mandi, gosok gigi, dan sebagainya. Itu lah menurut saya yang biasa terjadi pada anak yang kekurangan kasih sayang karena biasanya kedua orang tuanya sibuk bekerja. Dia menjadi terlantar tidak terurus. Yang ketika besarnya bisa jadi sikapnya menjadi lebih parah karena pelampiasan dendam masa kecilnya, contohnya membantah orang tua, bermain game sampe malam, suka menghamburkan uang dan sebagainya. Semoga itu tidak terjadi pada kita semua.

Masa kecil kurang bahagia yang dimaksud di sini bukan hanya anak yang ditinggal ibu ayahnya bekerja, namun termasuk juga anak-anak yang terlalu tertekan atau terlalu sering dibentak dan dimarahi.Terlalu sering memarahi anak bahkan marah secara berlebihan itu tidak baik. Anak akan merasa tertekan, takut, serba salah, perasaannya menjadi bingung dan kacau. Saya faham, kebanyakan orang tua itu memarahi anaknya karena sangat menyayangi anaknya. Namun di sisi lain karena berlebihan marah, si anak akan salah faham dan merasa kurang kasih sayang.

Menurut saya setidaknya ada dua dampak terhadap anak yang terlalu sering dibentak atau dimarahi. Yang pertama yaitu ‘takut’, sedangkan yang kedua yaitu ‘berani’. Simpel? Tidak sesimpel itu kawan. Yang dimaksud ‘Takut’ adalah anak tersebut menjadi nurut. Karena dia takut dimarahi akhirnya dia tidak berani melanggar larangan orang tuanya, ia nurut, ia patuh. Tapi sikap nurutnya itu dibarengi dengan diam. Ia menjadi pendiam, tidak membantah bahkan sangat takut untuk berbicara dan mengeluarkan pendapat. Dirinya merasa serba salah karena terlalu sering kena marah seakan-akan apa yang dilakukannya semuanya adalah kesalahan. Kelak ketika besar kemungkinan ia akan menjadi seorang yang minder, tidak berani mencoba hal-hal baru, tidak berani mengungkapkan pendapat, tidak berani bertanya pada guru, ia menjadi pendiam dan pasif. Dan di titik yang lebih parah ia bisa terkena depresi atau frustasi. Tentu saja ini tidak baik untuk pemuda yang harusnya bisa diandalkan untuk kemajuan bangsa dan negara bukan?

Yang kedua adalah ‘berani’. Maksudnya adalah berani kepada orang tua. Nah, ini malah lebih bahaya dan dosa kan? Karena anak terlalu sering dimarahi, dibentak-bentak, akhirnya dia berontak. Di tipe dampak yang kedua ini anak bisa menjadi pembantah dan membangkang alias tidak nurut. Ia sangat berani mengungkapkan pendapat namun itu digunakannya sebagai alasan untuk tidak menuruti nasehat. Anak yang seperti ini jika terus dimarahi tidak akan mempan karena semua ocehan marah, omelan, dan nasehat yang dilontarkan padanya hanya akan masuk kuping kiri keluar kuping kanan. Anak yang seperti ini kemungkinan besarnya menjadi pemuda yang bertabiat buruk. Na’udzubillah min dzalik. Tentunya bukan pemuda seperti itu yang kita inginkan untuk bangsa dan negara kita.

2. Masa kecil terlalu dimanja.

Terlalu memanjakan anak sejak kecil juga tidak baik kawan. Kalian tau sendiri kan, anak yang sejak kecil minta apa-apa selalu keturutan kelak besarnya akan menjadi anak yang boros dan tidak mandiri.

Misal ya, ada anak yang orang tuanya kaya. Sejak kecil dia sudah bergelimang mainan, minta rekreasi ke mana saja keturutan, terus minta beli apa saja juga keturutan, tidur selalu di kasur empuk di kamar ber ac, tiap hari paketan hp isinya full terus tiap hari main game. Bayangkan besarnya dia jadi pemuda kayak apa? Yap, dia bisa jadi pemuda pemalas yang kerjanya cuma makan tidur dan main. Pemuda yang konsumtif dan tidak produktif. Tidak bermanfaat.

3. Pemaksaan minat dan bakat

Ini bukanlah hal sepele. Minat dan bakat anak memang harus diarahkan ke hal yang positif. Namun pemaksaan minat dan bakat bukanlah hal yang bagus. Misal, saat SMA anak tersebut minat ke jurusan IPA, namun orang tuanya menyuruhnya masuk ke jurusan IPS. Beberapa anak yang penurut mungkin akan baik-baik saja, namun tidak sedikit anak yang merasa tertekan karena tidak menyukai jurusannya. Inilah yang menyebabkan banyaknya kasus tidak mengerjakan PR, tidak mengerjakan tugas, menyontek, remidi dan sebagainya. Itu karena anak tersebut tidak menyukai bidang yang ia geluti. Sehingga semuanya menjadi serba berat dan susah karena ia tak menjalaninya dengan senang hati. Bahkan di tingkat perkuliahan dampak dari pemaksaan jurusan ini akan lebih terlihat, pemuda akan menjadi tidak lulus-lulus ataupun bisa lulus namun nilainya helek dan tidak memiliki prestasi. Bahkan setelah lulus ia tak bisa memanfaatkan ilmu dari hasil kuliahnya karena ia kuliah asal-asalan, sebab ia tidak menyukai jurusannya. Apakah pemuda seperti itu yang kita inginkan? Tidak bukan?.

Nah, dari serangkaian sebab musabab di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa intinya sebab dari kerusakan moral remaja adalah pendidikan. Maka, kita sebagai pemuda bisa melakukan beberapa hal untuk membantu memutus rantai penyebab memburuknya sikap pemuda. Diantaranya adalah:

1. Berusaha bersikap baik, selalu ingat pada Allah.

2. Belajar dengan sungguh-sungguh

3. Mencintai apa pekerjaan kita, apa jurusan kita, dan melakukannya dengan totalitas dan dengan senang hati.

4. Berusaha menghilangkan minder, dan berlatih mengungkapkan pendapat dengan sopan.

5. Mengisi waktu luang dengan hobi atau kegemaran atau kesibukan yang kita sukai, yang bisa mengembangkan kreativitas kita dan bakat kita. Itu akan membantu mengurangi kelabilan kita dan membantu kita jauh dari masalah galau atau baper yang tidak jelas, yang hanya akan mengganggu hidup kita.

6. Berusaha senantiasa menumbuhkan rasa syukur dalam diri akan nikmat-nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Ini akan mengurangi rasa galau dan sedih kita, yang awalnya sering mengeluh menjadi lebih tegar dalam menghadapi masalah.

7. Kelak jika sudah menikah dan memiliki keturunan hendaknya menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif bagi anak.

8. Menanamkan nilai-nilai ketuhanan pada anak sejak dini.

9. Tidak terlalu sering memarahi anak. Untuk memberikan anak nasehat masih ada beragam cara alternatif yang lebih baik dari pada harus membentaknya dan memarahinya.

10. Tidak memaksakan minat dan bakat pada anak. Jika dia telah menemukan bakat dan minatnya kita tinggal mengarahkannya ke hal yang positif tanpa harus memaksanya meninggalkan hobi atau kegemarannya itu. Berusahalah mengembangkan potensi anak sesuai bakat yang dimilikinya. Karena setiap anak memiliki bakat yang berbeda. Tidak salah jika kita ingin mendidik anak menjadi multi talent, namun jangan terlalu memaksanya menjadi multi talent, karena itu akan menjadikan anak bingung. Bantu dia fokus pada keahliannya. Sehingga dia akan menjadi pemuda yang bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.

Sekian.

NB: Essay ini dibuat saat ada lomba essay dalam rangka hari sumpah pemuda.

Tinggalkan komentar